KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya
dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Mata Kuliah Kewirausahaan yang berjudul “Pengaruh
Komunikasi,Motivasi,dan Kepemimpinan terhadap Prestasi Kerja”.
Sebagaimana judul diatas, makalah ini disusun untuk membuka wawasan kita
sebagai mahasiswa untuk lebih mengenal lebih dalam apa itu Kewirausahaan
khususnya lebih paham tentang seberapa besarnya pengaruh komunikasi,motivasi
dan kepemimpinan terhadap peningkatan prestasi kerja, serta dapat memahami
dan dapat mengamalkan ilmu yang ada didalammya yang dapat dimanfaatkan di masa
yang akan datang.
Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nur M. Ridha Tarigan
SE. Msi selaku Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
penulis pada khususnya.
Medan,
15 Mei 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kinerja atau
prestasi kerja sangat penting didalam sebuah perusahaan, karena sebuah perusahaan
bisa berjalan atau beroperasi dengan baik hanya jika diikuti dengan kinerja
atau prestasi kerja yang baik dari setiap sumber daya manusia yang ada dalam
ruang lingkup organisasi atau perusahaan tersebut.
Selain itu Prestasi
kerja juga dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Menurut
Hasibuan (1995:105), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Menurut Moh.
As'ud (1995:47), prestasi kerja sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan.
Untuk mendukung
kinerja atau prestasi kerja dalam sebuah perusahaan diperlukan sebuah
pengukuran atau penilaian terhadap kinerja yang dilakukan setiap atau
masing-masing individu sebagai sumberdaya manusia dalam perusahaan tersebut
supaya hasil dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Ukuran
terakhir keberhasilan dari suatu departemen personalia adalah prestasi kerja.
Karena baik departemen itu sendiri maupun karyawan memerlukan umpan balik atas
upayanya masing-masing, maka prestasi kerja dari setiap karyawan perlu dinilai.
Oleh karena itu Penilaian prestasi kerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi
kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja dalam
sebuah organisasi yaitu peranan dari komunikasi, motivasi dan kepemimpinan.
Ketigannya sangat diperlukan karena tanpa ketiga faktor tersebut maka
sumberdaya manusia yang ada tidak bisa dikelola dengan baik sehingga
menyebabkan prestasi kerja memburuk dan proses pencapaian tujuan dalam suatu
organisasi tidak bisa maksimal.
Rumusan Masalah
Adapun makalah ini disusun dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari
motivasi, komunikasi dan kepemimpinan?
2. Bagaimana
peranan motivasi dalam prestasi kerja?
3. Apakah yang dimaksud dengan
komunikasi dalam organisasi atau perusahaan?
4. Apa fungsi komunikasi dalam
organisasi dan peningkatan prestasi kerja?
5. Bagaimana peran
kepemimpinan dalam sebuah perusahaan?
Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai bagaimana kaitan
peranan motivasi, komunikasi dan kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja
dalam berwirausaha.
Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi referensi dalam pembelajaran kewirausahaan
dan dapat menjadi motivasi mahasiswa supaya menjadi seorang wirausaha.
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
1.Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa
latin yaitu movere yang berarti bergerak atau
menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya
yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia.
Motivasi
sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk
mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak
seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada
tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam
mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Motivasi adalah kesediaan individu
untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi (Stephen
P. Robbins, 2001).
Ada tiga elemen kunci dalam motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi dan
kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang termotivasi
maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapai tujuan, namun belum tentu
upaya yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan intensitas dan kualitas dari upaya tersebut serta difokuskan pada
tujuan organisasi.
Kebutuhan adalah kondisi internal yang menimbulkan dorongan, dimana
kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan tegangan yang merangsang
dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan perilaku
pencarian untuk menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata terjadi
pemenuhan kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan tegangan. Pada dasarnya,
karyawan yang termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya mengurangi
ketegangan dengan mengeluarkan upaya.
2.Komunikasi
Manusia
di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan
suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil
integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok
ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan
bawahannya.
Di antara kedua belah pihak (atasan
dan bawahan) harus ada two way communications atau komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan
untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk
mencapai tujuan suatu organisasi. Kerjasama tersebut terdiri dari berbagai
maksud yang meliputi hubungan sosial maupun kebudayaan. Hubungan yang terjadi
merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk
memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan
yang berkelanjutan.
Hubungan yang dilakukan oleh unsur
pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai
perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama
dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung
maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk
meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari
kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama lain erat
hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Komunikasi organisasi dapat
didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi
terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi organisasi melibatkan
bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan
komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus
komunikasi vertikal dan horisontal.
Bila sasaran komunikasi dapat
diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan
beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan
individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
3.Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam
pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain,
terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga
melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian
tujuan organisasi. Sedangkan
penertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organsasi serta penggunaan
semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujaun organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub
sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin
dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa
jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung
jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri
adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi
tertentu.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan
adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai
kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas
kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang
lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
b. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya
untuk tumbuh dan berkembang
c. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk
“membaca” situasi
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja,
melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat
tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya
untuk mencapai tujuan organisasi.
Kaitan Motivasi,komunikasi dan kepemimpinan terhadap
prestasi kerja
Peranan
motivasi dalam prestasi kerja
Pada umumnya kinerja yang tinggi
dihubungkan dengan motivasi yang tinggi. Sebaliknya, motivasi yang rendah
dihubungkan dengan kinerja yang rendah. Kinerja seseorang kadang-kadang tidak
berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor
diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja.
Kinerja yang
tinggi adalah fungsi dan interaksi antara motivasi, kompetensi dan peluang
sumber daya pendukung, sehingga kinerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kinerja = f ( Motivasi x Kompetensi x Kesempatan )
Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika
Serikatmengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus mental
yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang mendorong
seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus sebagai
pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan
kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui lingkungan
kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang
melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara
lebih lebih baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan,
berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja
keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang
membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan
lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan
serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk
terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena
mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan
menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
Ciri-ciri
perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut
McClelland adalah:
Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan
masalah.
Cenderung menetapkan target yang sulit dan
berani mengambil risiko.
Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang
hasil prestasinya.
Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu
ingin menyelesaikan dengan sempurna.
Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi
berprestasi rendah adalah:
Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam
bekerja.
Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang
dari tujuan.
Laporan
hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di Amerika Serikat
yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan rendah menunjukkan
sebagai berikut :
Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah
memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya.
Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan
memandang bawahan baik dan menyenangkan.
Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada
bawahannya. Bagi manajer yang bermotivasi prestasi tinggi selalu memperhatikan
aspek-aspek pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan
yang harus dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima.
Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi
cenderung menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer
dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi
dan komunikasi terbuka.
Manajer yang prestasinya tinggi lebih
memperhatikan pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya
sedang lebih memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya
rendah hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan
bawahannya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang
tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan
memperoleh kinerja yang rendah.
Teknik Memotivasi Kerja
Beberapa
teknik untuk memotivasi kerja sebagai berikut :
1. Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan merupakan dasar bagi perilaku kerja. Motivasi kerja
akan timbul apabila kebutuhan dipenuhi seperti dikemukakan oleh Maslow tentang
hierarki kebutuhan individu yaitu :
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan makan,
minum, perumahan dan seksual. Kebutuhan ini paling mendasar bagi manusia.
Dalam bekerja, maka kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi adalah gaji / upah
yang layak.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan
dari ancaman bahaya dan lingkungan kerja. Dalam bekerja, karyawan memerlukan
tunjangan kesehatan, asuransi dan dana pensiun.
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan diterima
dalam kelompok dan saling mencintai. Dalam hubungan ini, karyawan ingin diterima
keberadaanya di tempat kerja, melakukan interaksi kerja yang baik dan harmonis.
Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk
dihormati dan dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan ini, karyawan butuh
penghargaan dan pengakuan serta tidak diperlakukan sewenang-wenang.
Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan
untuk mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini, karyawan perlu
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi.
2. Teknik
Komunikasi Persuasif
Teknik komunikasi persuasif adalah satu teknik memotivasi kerja yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi dari luar diri. Rumus teknik komunikasi
persuasif adalah ADIDAS sebagai berikut :
A ttention, yaitu perhatian
yang penuh
D esire, yaitu hasrat dan
keinginan yang membara
I interest, yaitu minat dan
kepentingan
D esicion, yaitu keputusan
yang tepat
A ction, yaitu tindakan
nyata
S atisfaction, yaitu
kepuasan atas hasil yang dicapai
Mengatasi Racun Motivasi
Memotivasi merupakan salah satu faktor kunci untuk bekerja dan mencapai kinerja
yang tinggi. Kegiatan memotivasi berkaitan dengan sejauhmana komitmen seseorang
terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Karyawan yang
motivasinya terhadap suatu pekerjaan rendan atau turun akan memiliki komitmen
terhadap pelaksanaan penyelesaian pekerjaannya. Karyawan tersebut termasuk
orang yang kurang semangat atau motivasi rendah. Pada dasarnya, yang membuat
karyawan kehilangan motivasi atau tidak semangat adalah situasi dan kondisi
pekerjaan itu sendiri.
Tanda-tanda karyawan yang
termotivasi dengan baik
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan memiliki motivasi yang tinggi
dalam melakukan tugas akan dapat diketahui dengan mengamati karyawan dengan
tanda-tanda motivasi baik adalah :
Bersikap positif terhadap pekerjaannya
Menunjukkan perhatian yang tulus terhadap
pekerjaan orang lain dan membantu mereka bekerja lebih baik
Selalu menjaga kesimbangan sikap dalam berbagai
situasi
Suka memberi motivasi kepada orang lain
walaupun kadang tidak berhasil
Selalu berpikir positif dari suatu kejadian
Tanda-tanda karyawan yang
termotivasi dengan buruk
Untuk mengetahui apakah seorang
karyawan kehilangan motivasi tidak selalu mudah karena jarang diungkapkan.
Namun hal ini dapat diketahui dari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya
yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi
kerja adalah :
Tidak bersedia bekerja sama
Tidak mau menjadi sukarelawan
Selalu datang terlambat, pulang awal dan
mangkir tanpa alasan
Memperpanjang waktu istirahat dan bermain game
dalam waktu kerja
Tidak menepati tenggat waktu tugas
Tidak mengikuti standar yang ditetapkan
Selalu mengeluh tentang hal sepele
Saling menyalahkan
Tidak mematuhi peraturan
Cara mengatasi penurunan motivasi
Suatu hal yang perlu diperhatikan
agar karyawan dan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat penutunan
motivasi, maka kita perlu mengatasi masalah tersebut dan mencegah dengan
berupaya mengantisipasi kondisi yang terjadi.
Beberapa pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi kekurangan semangat dan
motivasi dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan pendekatan kuratif dan
pendekatan preventif.
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan kuratif atau mengatasi adalah melihat apakah masalah yang
menimbulkan pengaruh pada motivasi penting atau tidak dalam pekerjaan. Apabila
masalahnya tidak terlalu penting maka kita tidak perlu merasa putus asa. Tetapi
bila ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan, maka bicara secara terbuka
dan langsung dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan kesamaan persepsi
sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan atau konselor. Bila
pihak yang berwenang tidak dapat ditemui secara langsung, hubungi melalui surat
atau telepon.
2. Pendekatan Antisipatif
Karyawan sebaiknya bekerja dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu
bekerja dan jangan terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa gelisah
karena hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka sebaiknya menenagkan
diri di luar ruang kerja dengan cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan
berdoa atau yoga. Karyawan disarankan bersikap dan berpikir positif terhadap
pekerjaan.
Komunikasi Dalam Organisasi
Istilah organisasi berasal dari
bahasa Latin organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian
yang satu sama lainnya saling bergantung. Everet M.Rogers dalam bukunya
Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem
yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui
jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Sedangkan untuk istilah komunikasi
(communication) berasal dari Bahasa Latin communicatus yang berarti ”berbagi”
atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa
mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut
Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu
proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku.
Hovland, Janis & Kelley
menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Sedangkan Berelson & Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Hubungan Ilmu Komunikasi dengan Organisasi
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan prestasi kerja terletak pada peninjauannya yang
terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi
itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung
dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang
dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan
sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk
bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu
organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup
organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi
dilakukan.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui
oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi.
Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya adalah memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi dalam organisasi adalah juga dapat diartikan
sebagai komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan
para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi,
dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy,1989: 214).
Price (1997) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai
derajat atau tingkat informasi tentang pekerjaan yang dikirimkan organisasi untuk
anggota dan diantara anggota organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi
adalah untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding) sehingga
terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame of references) dan kesamaan
pengalaman (field of experience) diantara anggota organisasi. Komunikasi
organisasi harus dilihat dari berbagai sisi yaitu pertama komunikasi antara
atasan kepada bawahan, kedua antara karyawan yang satu dengan karyawan yang
lain, ketiga adalah antara karyawan kepada atasan.
Hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan juga tidak
bisa dilepaskan dari budaya paternalistik yaitu atasan jarang sekali atau tidak
pernah memberikan kepada bawahannya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil
inisiatif dan mengambil keputusan. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang
dilakukan oleh atasan kepada bawahan bersifat formal dimana adanya struktur
organisasi yang jauh antara atasan dengan bawahan. Sehingga konsekuensi dari
perilaku ini bahwa para bawahannya tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi,
ide, dan saran.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan
kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar (Robbins, 2002).
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan
kerja. Hal ini mudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai
dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi, misal konflik antar pegawai,
dan sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian,
kerjasama dan juga kepuasan kerja .Mengingat yang bekerjasama dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya
manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka harus
dikembangkan dengan baik. Dengan demikian masing-masing karyawan dalam
organisasi mengetahui tanggung jawab dan wewenang masing masing.
Karyawan yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan
mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat
kinerja karyawan menjadi semakin baik. Komunikasi memegang peranan penting di
dalam menunjang kelancaran aktivitas karyawan di perusahaan.
Komunikasi organisasi merupakan
suatu proses dinamik yang berfungsi sebagai alat utama bagi sukses atau
tidaknya organisasi dalam hubungannya dengan lingkungan tugas. Pincus (1986)
menemukan komunikasi berhubungan positif dengan kinerja, tetapi tidak sekuat
hubungan antara komunikasi dengan kepuasan. Chen et al., (2006) menyatakan
komunikasi organisasi berhubungan positif dengan komitmen organisasi dan
kinerja dan berhubungan negatif dengan tekanan pekerjaan. Namun demikian
Rodwell (1998) menyatakan bahwa variabel komunikasi berhubungan negatif dengan
kinerja.
Model Komunikasi dalam Organisasi
Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya
pengirim, berita (pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini :
Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah
satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh adalah
seseorang dapat mengirimkan pesan, namun apabila tidak ada yang menerima atau
yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi.
Fungsi Komunikasi dalam organisasi dan prestasi kerja
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:
a) Fungsi informatif
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b) Fungsi regulative
Fungsi
ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
•
Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau instruksi supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
•
Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c) Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
d) Fungsi integratif
Setiap
organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
•
Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
•
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata.
Proses Komunikasi dalam Organisasi
Terdapat 2 proses komunikasi dalam organisasi, yaitu proses
komunikasi internal dan proses komunikasi eksternal.
a) Komunikasi Internal
Merupakan pertukaran gagasan di antara para administrator
dan karyawan dalam suatu perusahaan dalam struktur lengkap yang khas disertai
pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga
pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen).
Adapun
Empat Dimensi Komunikasi dalam organisasi, yaitu :
1. Downward communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
•
Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
•
Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu
untuk dilaksanakan (job retionnale)
•
Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku (procedures and practices)
•
Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2.
Upward communication
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika
bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi
dari bawah ke atas ini adalah:
•
Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun
tugas yang sudah dilaksanakan
•
Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan
ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
•
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
•
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya
Komunikasi ke atas menjadi terlalu
rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi
yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah.
Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan
mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit:
•
Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran
mereka
•
Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah
yang dialami pegawai
•
Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan
pegawai
•
Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap pada apa yang disampaikan pegawai
3.
Horizontal communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung di
antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal
ini adalah:
•
Memperbaiki koordinasi tugas
•
Upaya pemecahan masalah
•
Saling berbagi informasi
•
Upaya pemecahan konflik
•
Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4.
Interline communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati
batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi
lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan
jabatan fungsional.
Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang
dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam
rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing
komunikasi lintas-saluran.
b) Komunikasi Eksternal
Adalah komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan)
dengan khalayak audience di luar organisasi. Contoh dari komunikasi eksternal,
yaitu :
·
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak yang bersifat
informatif. Contohnya adalah Majalah, Press release/media release, Artikel
surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers, dll.
·
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Peran kepemimpinan
Peran
Pemimpin dalam peningkatan prestasi kerja
Mengapa sering terjadi keluhan
dari para pelanggan tentang mutu produk dan pelayanannya di suatu perusahaan.
Hal ini wajar terjadi sejalan dengan semakin tinggi dinamika preferensi dan
kritisnya para pelanggan tentang mutu. Karena itu dibutuhkan peran utama
manajemen (seorang manajer) yakni melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk
memperoleh hasil yang ditargetkan perusahaan atau yang diinginkan oleh
pelanggan. Sementara peran pemimpin dengan kepemimpinan mutunya adalah
mengembangkan dan memperbaiki sistem agar program pengembangan mutu SDM
berhasil sesuai harapan. Dalam prakteknya, seorang manajer di samping
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen juga harus mampu menjalankan kepemimpinan
mutu SDM dengan efektif secara bersinambung.
Dalam manajemen mutu sumber
daya manusia (MMSDM), pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan
beberapa hal yang benar atau sering disebut “people who do the right thing”. Sementara manajer adalah seseorang yang harus
melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “people who do things right”.
Dalam konteks MMSDM maka seseorang yang bertanggung jawab dalam hal mutu SDM
membutuhkan ketrampilan kepemimpinan dan manajemen. Dengan kata lain dibutuhkan
adanya kepemimpinan dan manajer sebagai suatu kesatuan dalam organisasi. Dalam hal ini komitmen manajemen dalam
melaksanakan MMSDM adalah penting tetapi tidaklah cukup. Jadi dibutuhkan suatu
elemen manajemen mutu SDM yang disebut dengan kepemimpinan mutu yang dibuktikan
nyata dalam pelaksanaan program untuk
pencapaian tujuan.
Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan
seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang
pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi
pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku
mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui
baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang
ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu
bentuk kepemimpinan, sehingga:
1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk
menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam
konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana
seorang manajermemperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data;
manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi
terutama informasi bisnisnya
3. Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara
alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat
dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.
1.
Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya
pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang
dipelajari.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang
dibatasi oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara
keseluruhan.
2. Toleransi terhadap ambiguitas
a.
Kebutuhan
yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
b.
Kebutuhan
yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran
pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya
pengambilan keputusan seperti:
1. Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan
mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan
berorientasi jangka pendek
2. Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan
mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri
dengan situasi baru
3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan
intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas
masalah
4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan
intuitif. Mencoba menghindari
konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah
upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
1. Cerna masalah
2. Identifikasi alternativ
3. Tentukan proritas
4. Ambil langkah
Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Tim
1.
Proses
pembentukan Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi
peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata
kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan,
pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta
perwakilan bagi organisasinya.
Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan
untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat.
Tujuan dari pembentukan tim di sini adalah membangun
Pedoman
umum dalam membentuk atau membangun tim, yaitu:
a. Menanamkan pada kepentingan bersama
b. Menggunakan seremoni dan ritual-ritual
c. Menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan
identifikasi dengan unit kerja
d. Mendorong dan memudahkan interaksi sosial yang
memuaskan
e. Mengadakan pertemuan-pertemuan membangun tim
f. Menggunakan jasa konsultan bila diperlukan.
2. Anggota tim
Keberhasilan tugas dalam tim akan tercapai jika setiap
orang bersedia untuk bekerja dan memberikan yang terbaik. Anggota tim yang baik
harus:
a. Mengerti tujuan yang baik
b. Memiliki rasa saling ketergantungan dan saling
memiliki
c. Menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim
d. Dapat bekerja secara terbuka
e. Dapat mengekspresikan gagasan, opini, dan
ketidaksepakatan
f. Mengerti sudut pandang satu dengan yang lain.
g. Mengembangkan keterampilan dan menerapkanya pada
pekerjaan.
h. Mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal.
i. Berpartisipasi dalam keputusan tim.
3. Peranan kepemimpinan dalam tim
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk
memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas
sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa
mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang
sama.
Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:
a.
Memperlihatkan gaya pribadi
b.
Proaktif dalam sebagian hubungan
c.
Mengilhami kerja tim
d.
Memberikan dukungan timbal balik
e. Membuat orang terlibat dan terikat
f. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
g. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja
secara kontruktif
h. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
i. Mengakui prestasi anggota tim
j. Berusaha mempertahankan komitmen
k. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.
The Vision
Role
Sebuah visi
adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan
untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus
dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran.
Agar visi sesuai dengan
tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan
manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.
Peran Pembangkit Semangat
Salah satu
peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran
membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan
pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan
insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara
insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi.
Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati
bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja
jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan
yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi
, serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.
Peran
membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan
melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat
yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau
penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan
kerja, dan semacamnya.
Peran Menyampaikan
Informasi
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan
atau organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan
tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus,
maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal
masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran
informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai
kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara
terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya.
Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja,
tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu,
seorang pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan
internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta
budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan
dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada
bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya
BAB III
PENUTUP
Demikian
yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referansi yang ada hubungannya dengan
makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberi kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya juga para mahasiswa dan pembaca yang
budiman pada umumnya.
Kesimpulan
·
Kinerja atau prestasi kerja sangat penting didalam sebuah
perusahaan, karena sebuah perusahaan bisa berjalan atau beroperasi dengan baik
hanya jika diikuti dengan kinerja atau prestasi kerja yang baik dari setiap
sumber daya manusia yang ada dalam ruang lingkup organisasi atau perusahaan
tersebut.
·
Komunikasi, motivasi dan
kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam peningkatan prestasi kerja dalam
berwirausaha.
·
Korelasi antara komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi itu.
·
Komunikasi memiliki empat fungsi yang dapat
digunakan dalam meningkatkan prestasi kerja, yaitu fungsi informatif,
regulatif, persuasif, dan integratif.
·
Semakin tinggi motivasi
yang diberikan pimpinan perusahaan kepada bawahan, maka akan semakin tinggi
pula produktivitas kerja karyawan.
·
Pimpinan perusahaan
harus pandai memanajemen bawahan, sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif.
Hal ini akan mendorong produktifitas kerja karyawan.
·
Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang
lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
Prabu Mangkunegara, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan.Bandung. PT. Rosda Karya.
Dessler, G .1997. Manajemen
Sumber Daya Manusia Jilid 1 Edisi 7. PT.Prenhalindo. Jakarta
Dr.
Sugitono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV. Alfabeta
Drs.
Jhon Soepianto. M.I.M. Penilaian Kinerja. Fakultas
Ekonomi, Yogyakarta
Flippo, E.B. 1994. Manajemen Personalia Jilid 2 Edisi
Keenam. Erlangga. Jakarta
Husen,
Umar. 1996. Petunjuk Lengkap Membuat Karya Tulis Dan Tesis. Jakarta.
Rajawali Pres.
Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia-Cara Praktis
Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Martharia. 1999. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Kerja. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institusi
Pertanian Bogor. Bogor
Ruky, AS. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta.
PT.Gramedia Pustaka Utama
Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan Edisi Pertama.
Yogyakarta. Graha Ilmu
Sumber Lain:
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html
(diakses pada tanggal 25 Januari 2011)
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2069026-fungsi-komunikasi-dalam-organisasi/
(diakses pada tanggal 28 Januari 2011)
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/iklim-komunikasi-dalam-organisasi.html
(diakses pada tanggal 28 Januari 2011)
http://info-gua.blogspot.com/2010/05/pengaruh-komunikasi-organisasi-terhadap.html
(diakses pada tanggal 28 Januari 2011)
http://joejoe.blogdetik.com/2010/05/20/komunikasi-dalam-organisasi/
(diakses pada tanggal 8 Februari 2011)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/komunikasi-dalam-organisasi-9/
(diakses pada tanggal 28 Januari 2011)